Gamelan Banjar Kalimantan Selatan - Sejarah dan Jenis Gamelan

Posting Komentar

Gamelan Banjar. Suku-suku di Indonesia memiliki beragam alat musik tradisional yang khas. Dalam hal ini gamelan termasuk alat musik paling terkenal di Indonesia, bahkan masyarakat dunia pun menyukainya. Selain yang ada di Jawa dan Bali, gamelan juga bisa kita dapati di daerah lain, yang tentunya hadir dengan keunikan tersendiri.

Sebelumnya telah juga terpublikasikan perihal Gamelan Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pada artikel ini penulis akan mengajak Anda lebih dekat dengan gamelan yang ada di Kalimantan, yakni Gamelan Banjar. Seperti terisyaratkan pada namanya, gamelan ini hidup dan berkembang di kalangan suku Banjar di Kalimantan Selatan.

Salah satu kekhasan gamelan suku Banjar adalah suaranya yang berbeda dengan Gamelan Jawa, Gamelan Bali, Gamelan Degung, maupun Gamelan Lombok. Sekilas, suara yang dihasilkan hampir mirip dengan suara dari Angklung Caruk Banyuwangi. Sistem pelarasannya adalah pentatonis, namun mendekati laras selendro Bali (salonding).

Menariknya lagi, Gamelan Salonding Bali merupakan perangkat gamelan dengan pelarasan pelog tujuh nada yang menggunakan sistem saih (mirip sistem pathet). Keunikan Gamelan Banjar turut berpengaruh terhadap perangkat-perangkatnya. Selain itu, gamelan ini juga terbagi dalam dua versi, yakni versi Keraton dan versi Rakyatan.

Sejarah Gamelan Banjar

Dalam sejarahnya, keberadaan gamelan dalam lingkup suku Banjar telah ada sejak abad ke-14, di masa Kerajaan Negara Dipa. Menurut cerita rakyat Banjar, Pangeran Suryanata membawa alat musik ini sebagai hadiah dari Kerajaan Majapahit. Jadi, asal gamelan ini bermula dari Jawa yang kemudian menyesuaikan dengan kebudayaan Banjar.

Konon, saat itu masyarakat Banjar dianjurkan meniru norma-norma atau adat budaya Jawa. Pasca runtuhnya Kerajaan Negara Daha (1526) ada beberapa pemuka adat yang mengajarkan gamelan dan kesenian lainnya. Ada Datu Taruna sebagai penabuh gamelan, Datu Taya sebagai dalang Wayang Kulit, dan Datu Putih sebagai penari Topeng.

Selanjutnya, pada masa Pangeran Hidayatullah berkuasa memimpin Kesultanan Banjar, para penabuh beliau suruh belajar menabuh gamelan di Keraton Solo (Surakarta). Hal ini turut menyebabkan Gamelan suku Banjar memiliki banyak kemiripan dengan yang ada di Pulau Jawa, baik dalam segi instrumen maupun tekhnik memainkannya.

Adapun dari segi penyajian musiknya, gamelan ini masuk dalam kategori musik ansambel campuran. Dalam permainannya, bisa kita adapati juga beberapa alat melodis dan ritmis yang bermain secara bersama-sama. Perangkat gamelan ini bisa tampil secara mandiri dan bisa juga berfungsi untuk sebagai musik pengiring bagi kesenian lainnya.

Dalam perkembangannya, gamelan ini terbagi menjadi dua versi, yakni versi Keraton dan versi Rakyatan. Jumlah perangkat versi Keraton lebih banyak ketimbang versi Rakyatan. Gamelan versi Keraton tidaklah berkembang dan semakin punah, sementara gamelan versi Rakyatan tetap eksis hingga saat ini dalam budaya masyarakat Banjar.

Jenis Perangkat Gamelan

  • Gamelan Keraton : Gamelan versi Keraton terdiri dari babun, gendang dua, rebab, gambang, selentem, ketuk, dawu, sarun 1, sarun 2, dan sarun 3. Seruling, kanung, kangsi, gong besar, dan gong kecil.
  • Gamelan Rakyatan : Gamelan versi Rakyatan jumlah instrumennya lebih sedikit dari versi Keraton. Instrumen yang terlibat terdiri dari babun, dawu, sarun, sarantam, kanung, kangsi, gong besar, dan gong kecil.

Di daerah Hulu Sungai juga ada grup pimpinan Utuh Aini. Grup ini menguasai rumpun Kaliningan yang awalnya dikembangkan Dalang Tulur, Dalang Asra, Sarbaini, Busrajuddin dan Aci. Kaliningan Hulu Sungai melibatkan 8 orang. Instrumennya terdiri dari 2 sarun, 1 sarantam, 1 kanung, 1 katuk, 1 kangsi, 1 babun, gong besar, dan gong kecil.

Referensi
  1. ppjp.ulm.ac.id/journal...
  2. www.wacana.co/2016...
  3. id.wikipedia.org/wiki...

Artikel Terkait

Posting Komentar